OM PANTJARAN MUDA
sayang sekali filenya banyak yang rusak cuman ada 1 lagu
TIADA TJERITA GEMBIRA
Klik Disini
►e-ti/rpr | ||
Nama: Elvy Sukaesih Lahir: Jakarta, 25 Juni 1951 Suami: Zaidun Zeth Anak: 6 orang (Haedar, Fitri, Ali Zaenal Abidin, Syechans, Wirdha Sylvina dan Dhawiya) Ayah: Mohammad Ali Ibu: Rohayah Asiah Pendidikan: - SD - SMP Srikandi, Jakarta (1964) Pekerjaan: - Penyanyi dangdut - Pemain film Organisasi: Ketua Ikatan Artis Dangdut Indonesia (IKARDI) Film: - Karena Penasaran - Tuyul - Irama Cinta - Senggol-Senggolan - Cubit-Cubitan - Mana Tahan | ||
Bagi pencinta musik dangdut, Elvy Sukaesih adalah ratu. Mahkota "keratuan" Elvy tak ada yang meragukan, setidaknya menurut penggemarnya. Dengarlah, suara dengan "cengkok" yang khas dan aksi pentasnya yang menyihir banyak penonton. Elvy yang sudah manggung semenjak kelas 3 SD ini memiliki syarat sebagai "entertainer."
Penyanyi kelahiran Betawi ini, sebenarnya keturunan Sunda. Mohammad Ali, ayahnya, asli Sumedang begitu pula Rohayah Asiah, ibunya. Pasangan Sumedang ini, pada 25 Juni 1951 begitu bahagia. Pasalnya mereka dikaruniai bayi mungil. Bayi perempuan itu kemudian diberi nama, Elvy Sukaesih.
Entah kenapa dikemudian hari nama Elvy berganti menjadi Else. Menurut pengakuan Elvy, "Itu pengaruh Belanda." Maka Elvy kecil adalah Else. Else yang memaksa ayahnya, pemain orkes gambus ikut kondangan.
Elvy mengaku tak pernah belajar musik secara khusus. Di sore hari, bila ayahnya sedang bermain gitar ia ikut menyanyi di teras rumah. Lagu yang didendangkan macam-macam. Trend rekaman waktu itu irama Melayu. Misalnya tembang roman Bunga yang dialunkan Else itu, biasa didendangkan Orkes Melayu Bukit Siguntang.
Selain menyanyi, sejak kecil Elvy sudah suka menari. Di dekat rumahnya ada gedung Bioskop Gembira yang memutar film India. Karena pengaruh film India, Elvy menjadi suka mendendangkan lagu India. Menurutnya musiknya enak dan energik. Suatu kali ibunya pernah bercerita padanya, “Waktu kamu kecil sering pakai handuk diplintir di kepala, seolah jadi rambut panjang, atau pakai kain menari seperti di film-film India. Kainnya dianggap sebagai sari India."
Suatu kali ayahnya harus pentas bersama kelompoknya. Malam minggu itu, sang ayah mengajak Elvy untuk ikut tetapi dengan syarat harus menyanyi. Pada awalnya Elvy menolak karena malu. Namun karena Elvy ingin ikut, akhirnya ia mengiyakan permintaan ayahnya. Saat itu Elvy masih kelas 3 SD.
Setelah beberapa penyanyi, sang ayah mulai memberi kode padanya untuk gantian menyanyi. Saat itu Elvy merasa takut pada ayahnya. Ayahnya memang tak pernah memukulnya, namun hanya menyentil telinganya. Namun sentilan itu baginya sudah cukup menyakitkan.
Akhirnya Elvy menyanyi. Waktu itu ia menyanyikan tembang Melayu "Taman Bunga". Lagu tersebut salah satu sound track film Sedetik Lagi yang dibintangi Eliya Rosa. Sebelum menyanyi, ia meminta kepada pemain biola agar memberitahunya kapan masuk dan kapan berhentinya dengan cara disenggol.
Tetapi ternyata ketika mulai menyanyi, Elvy sudah langsung tahu kapan masuknya, tanpa disenggol. Jadi tidak ada kesulitan sama sekali waktu ia menyanyi pertama kali di depan umum. Saat itu, orang-orang sampai naik-naik ke bangku, meneriaki Elvy "Eh anak kecil" atau "penyanyi cilik". Waktu itu sekitar tahun 1959-1960-an. Setelah lagu itu selesai, ternyata orang-orang memintanya untuk menyanyi lagi hingga tiga lagu.
Yang tadinya iseng, akhirnya jadi sungguhan. Elvy memilih dunia tarik suara jadi ladangnya. "Prinsipnya, saya menyanyi hanya untuk membantu orang tua-Iah. Nggak ada angan-angan mau jadi orang top," jelas Elvy datar. Maka, jadilah Elvy penyanyi cilik yang cukup kondang. la laris dalam acara perkawinan ataupun pertunjukan khusus. Kendati kondisi penyanyi masih dicap tabu, sering diolok-olok, Elvy tak menggubrisnya. "Saya cuek aja," tangkisnya.
Olok-olok ini juga dijumpai di sekolah. Apalagi kalau malamnya Elvy habis manggung. "Begitu malamnya habis main, besoknya di sekolah - teman-teman bisik bisik...itu biduan tuh, semalam habis main di kampung saya," cerita Elvy.
Selama menjadi penyanyi cilik, dalam hal sekolah Elvy tak pernah bolos. Meski pulang pukul 6 pagi sehabis pentas, Elvy tetap siap dengan seragamnya berangkat ke sekolah. Jika pentas di luar kota, Elvy berangkat belakangan bersama petugas khusus yang menjemputnya sepulang sekolah.
Resikonya, jam istirahat ia gunakan untuk tidur di kelas, sementara teman-teman lainnya bermain. "Kalau sudah ngantuk, saya taruh kepala saya di atas meja, lalu tiduran di kelas," kenang Elvy.
Elvy makin sering muncul bersamaan tawaran pentas yang terus mengalir. la tampil di sejumlah rombongan orkes Melayu. "Saya tampil sesuai dengan grup yang booking, ya...jadi rebutan. Malam Minggu tampil dengan grup ini, besok tampil dengan grup lain," jelas Elvy. Bapak-ibunya bergantian mengawal Elvy, kemana saja Elvy manggung.
Singkat cerita, sang ayah yang memperkenalkan Elvy pada dunia nyanyi meninggal karena penyakit yang dideritanya saat Elvy masih kelas lima SD. Peranan sang ayah kemudian digantikan oleh ibunya. Sepeninggal sang ayah, Elvy menyanyi untuk membantu keluarga. Begitu ia mendapat uang dari menyanyi, uang tersebut diberikan kepada ibunya. Ia tidak pernah memegang seperak pun.
Meski belum masuk dapur rekaman, ia terus menyanyi hingga terkenal termasuk ikut tur bersama Said Kelana. Ia mulai menyanyi di atas panggung, gedung kesenian, dan sebagainya saat berumur kurang lebih sebelas tahun.
Saat itu sedang ngetop lagu Ratapan Anak Tiri dan Boneka dari India. Saat Elvy membawakan lagu Ratapan Anak Tiri, banyak penonton yang menangis. Saat itulah Elvy untuk pertama kalinya diwawancarai oleh wartawan. Sejak itu, ia dikenal sebagai penyanyi cilik dan mulai keliling bersama beberapa grup musik.
Pada tahun 1964 di usianya yang ke-13, Elvy diajak Zakaria, pemimpin OM Pancaran Muda untuk rekaman. Elvy membawakan lagu Curahanku karya Murat Haris, serta karya lin Sumantri dengan tembang Rahasia Sukma. Sebelumnya, Elvy Sukaesih ikut juga dalam grup OM Sinar Medan. Elvy yang mengidolai Pangeran Diponegoro dan Soekarno ini bergabung dengan grup tersebut karena diajak oleh seorang pemuda yang senantiasa hadir setiap ia pentas.
Pemuda itu bernama Zeth Zaidun, yang kemudian banyak berperan membimbing Elvy meniti sukses. Zaidun waktu itu melihat Elvy memiliki bakat besar untuk menyanyi. Setelah Ellya Khadam, hanya Elvy yang memiliki suara khas," komentar Zaidun. Zaidun sendiri seorang penyanyi dan pemusik. Zeth Zaidun juga banyak membimbing beberapa orkes Melayu serta penyanyi. Antara lain, Mukhsin Alatas dan si "Raja Dangdut" Rhoma Irama. Setelah masa perkenalan selama setahun, Elvy menikah dengan Zeth Zaidun pada tahun 1965 di Jakarta. Ketika itu Elvy berusia 14 tahun sedang Zaidun 23 tahun. Setelah menikah, Elvy tidak diperkenankan menyanyi. "Lama-Iama karena saya suka murung Bang Zaidun mengizinkan lagi,” cerita Elvy.
Babak perjalanan Elvy selanjutnya, bergabung dalam grup OM Candraleka yang juga di dalamnya ada Zeth Zaidun. Di situ, Elvy diberi kebebasan untuk bernyanyi dengan grup apa saja, asal tidak mengganggu pentas OM Candraleka. "Pokoknya pasaran kita rame waktu itu,"seloroh Elvy. Ketika itu nama Elvy termasuk dalam daftar penyanyi Melayu yang top, bersama Zeth Zaidun dan Awab. Juga Alah Mukhis, dan Alah Muhamad Rafiq.
Karir Elvy di blantika dangdut pun kian bernas. Berbagai grup Orkes Melayu pernah mendukung penampilannya. Antara lain: OM Pancaran Muda, OM Sahara, OM Omega, OM El Sitara, OM Purnama, dan OM Soneta (milik Rhoma Irama). ''Tanpa mereka, entah jadi apa saya sekarang,'' ujarnya. Sebenarnya, Elvy bisa nyanyi pop, gambus, rock, atau lainnya. ''Tetapi saya merasa sudah mendapat kepercayaan masyarakat untuk menyanyi dangdut. Dan saya tidak mau serakah. Rezeki saya memang di sini,'' katanya. Sepanjang tahun 70-an dan 80-an Elvy sah mendapat julukan ratu dangdut.
Gebyar Elvy yang paling yahud, tatkala berduet dengan Rhoma Irama. Beberapa album mereka hasilkan yang semuanya hits. Sebelum dengan Rhoma, sebenarnya Elvy sudah berjaya dengan Mansyur S. Ketika itu Rhoma belum terkenal. Ini kelebihan Elvy, berduet dengan siapapun pas. Tapi sayang, duet legendaris ini harus berpisah sekitar tahun 1975.
Rhoma-Elvy terakhir berpasangan ketika mereka sedang getol-getolnya berduet mendendangkan Lagu Cinta. Baru pada akhir tahun 2001 kerinduan penggemar agar mereka kembali berduet terjawab. Mereka tampil duet dalam acara pergelaran akhir tahun yang diselenggarakan oleh Taman Mini Indonesia Indah (TMII) dan SCTV. Bagi penggemarnya, pasangan raja dan ratu dangdut itu tak dapat dikalahkan penyanyi dangdut mana pun saat beraksi di atas panggung. Sembilan lagu populer mereka sekitar 1970-an mereka dendangkan bersama dalam acara tersebut.
Kegigihan Elvy meniti sukses adalah berkat dorongan Zeth Zaidun, pemuda yang akhirnya menjadi ayah keenam anaknya. Zaidun, begitu sabar merangkai sukses serta kasih sayang buat Elvy. Bagi Elvy, Zeth Zaidun tak sekadar suami. Dia adalah ayah yang membimbing kehidupan. Guru yang mengajari penuh kasih sayang, terhadap Haedar, Fitri, Ali Zaenal Abidin, Syechans, Wirdha Sylvina dan si bungsu Dhawiya anak-anaknya.
Selain mengais rejeki dari menyanyi, Elvy juga memperoleh rejeki dari bermain dalam film-film yang tidak lepas dari perdangdutan. Karena Penasaran, Tuyul, Irama Cinta, Senggol-Senggolan, Cubit-Cubitan, Mana Tahan adalah sebagian di antaranya. "Saya selalu bersyukur, sebab janji Tuhan mengatakan kalau engkau berkorban untuk-KU akan aku balas lebih dari apa yang kau berikan,” kata Elvy mengutip salah satu ayat dalam AI'Quran.
Sebagian rezekinya dimanfaatkan untuk mendirikan PT Mahkota Jaya Utama, yang dikelola suaminya. Usaha ini bergerak dalam bidang pemanduan bakat dan mempromosikan penyanyi-penyanyi baru. Elvy yang gemar makan ikan asin, lalapan, dan petai bakar, serta mahir memasak bihun goreng ini masih bisa kita jumpai bergoyang dangdut sambil mengerlingkan mata di layar televisi. ► mlp
*** TokohIndonesia DotCom (Ensiklopedi Tokoh Indonesia)
Komentar
Posting Komentar